Breaking News

Ini Penyebab Tak Boleh Melakukan Seks Oral Setelah Penetrasi.

Penyebab Tak Boleh Melakukan Seks Oral Setelah Penetrasi.

TELUSURI LAGI - Ada beberapa jenis seks yang bisa dilakukan oleh Anda dan pasangan. Penetrasi (penis masuk ke vagina) dan seks oral merupakan pilihan yang bisa Anda lakukan. Akan tetapi, Anda dan pasangan sebaiknya tidak langsung seks oral setelah melakukan penetrasi ke vagina. Ada risiko kesehatan yang bisa menyerang Anda berdua. Apa risikonya? Simak di sini.

Apa itu seks oral?

Seks oral adalah aktivitas seksual yang melibatkan penggunaan mulut atau lidah untuk merangsang penis atau vagina pasangan.

Seks oral merupakan jenis seks yang paling aman dilihat dari kemungkinan terjadinya kehamilan. Namun, Anda juga harus hati-hati karena seks oral rentan menyebarkan penyakit infeksi menular seksual. Bagaimana tidak?

Seks oral akan membuat mulut mengalami kontak langsung dengan kulit, dan cairan tubuh (air mani, cairan vagina, darah, urin) yang memang menjadi sumber utama penyebaran segala virus dan bakteri penyakit.

Risiko kesehatan jika langsung seks oral setelah penetrasi ke vagina

Setelah melakukan penetrasi, tentunya penis dan vagina akan dipenuhi oleh berbagai cairan tubuh. Selain air mani yang mengandung sperma dan cairan vagina yang masih bertebaran di sekitar alat kelamin, darah pun mungkin keluar setelah melakukan penetrasi ke vagina. Semua cairan ini merupakan sumber dari bakteri atau virus yang bisa masuk melalui mulut jika melakukan penetrasi, kemudian langsung dilanjutkan dengan seks oral.

Risiko tertularnya berbagai infeksi menular seksual alias penyakit kelamin akan meningkat jika kondisi vagina dan penis masih dipenuhi cairan setelah berhubungan intim dengan penetrasi.

Bakteri dan virus yang bisa masuk sangat mungkin membawa penyakit kelamin. Penyakit yang bisa ditularkan dari seks oral adalah herpes genital dan oral, gonore, sifilis, serta klamidia

Infeksi bakteri dari klamidia, sifilis, atau gonore bisa terjadi di mulut atau tenggorokan. Herpes juga bisa terjadi di mulut (herpes oral) atau di kemaluan (herpes genital).

Ditambah lagi, penularan akan lebih mudah terjadi jika mulut pasangan Anda mengalami luka atau berdarah. Kontak antara luka di mulut dengan cairan tubuh yang mengandung bakteri atau virus semakin mudah masuk ke dalam tubuh dan menyerang Anda.

Kondisi penularan ini memang tidak berlaku untuk semua orang. Khususnya akan berbahaya untuk orang yang memang sudah mengalami penyakit infeksi menular seksual ini. Namun, untuk menjaga keamanan, sebaiknya hal ini tidak dilakukan.

Penyebab Tak Boleh Melakukan Seks Oral Setelah Penetrasi.

Lebih baik break dulu untuk beberapa saat sebelum mulai ke ronde berikutnya

Ketika berhubungan intim, Anda tentu ingin memberikan kenyamanan dan kenikmatan bagi pasangan, bukan? Kondisi kebersihan sebelum seks oral sangat menentukan kenyamanan ini.

Maka, manfaatkan alasan kesehatan ini sebagai waktu jeda. Bukan berarti dalam sehari Anda tidak boleh melakukan dua jenis seks ini sama sekali, kok. Anda dan pasangan hanya perlu bersabar sebentar dan membersihkan diri masing-masing. Baru setelahnya Anda dan pasangan bisa melanjutkan sesi panas yang tentu jadi lebih menggairahkan.

Jadi, jangan langsung seks oral dan melancarkan aksi-aksi yang berisiko dengan mulut atau lidah Anda.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan seks oral dengan pasangan:

  1.  Lakukan setelah alat kelamin sudah benar-benar bersih.
  2. Gunakan kondom dan langsung ganti kondom sebelum mulai ronde kedua.
  3. Pastikan kondisi mulut tidak ada luka atau berdarah.
  4. Jangan melakukan seks oral jika pasangan sedang dalam masa pengobatan penyakit menular seksual.
  5. Perhatikan area kemaluan pasangan Anda. Jika terdapat luka kecil pun Anda harus hati-hati. Dikhawatirkan ini bisa menjadi tanda awal infeksi dari bakteri atau virus.
  6. Perhatikan kondisi kesehatan Anda dan pasangan utnuk memastikan apakah bebas dari penyakit menular seksual.


Sumber : hellosehat
Oleh Rr. Bamandhita Rahma Setiaji
Data medis direview oleh dr. Tania Savitri. 

No comments